Saturday, February 26, 2011

MENDALAMI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH

SISTEMIK PEMIKIRAN


KEBIJAKAN DAN PROGRAM UNESCO 1993

A. PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT, PENDIDIKAN UNTUK SEMUA, PENDIDIKAN DASAR DAN BERKELANJUTAN
B. PROGRAM, DIANTARANYA :
1. PENDIDIKAN PRA SEKOLAH
2. PENDIDIKAN DASAR
3. PENDIDIKAN KESETARAAN
4. PENDIDIKAN MATA PENCAHARIAN
5. PENDIDIKAN PENGEMBANGAN MINAT DAN BAKAT INDIVIDU
6. PENDIDIKAN ORENTASI MASA DEPAN (teknologi & lingkungan hidup)



UU NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISDIKNAS

A. FUNGSI, MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN MEMBENTUK WATAK SERTA PERADABAN BANGSA YANG BERMARTABAT DALAM RANGKA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA.
B. TUJUAN, BERKEMBANGNYA POTENSI PESERTA DIDIK AGAR MENJADI MANUSIA YANG BERIMAN DAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, BERAKHLAK MULIA, SEHAT, BERILMU, CAKAP, KREATIF, MANDIRI DAN MENJADI WARGA NEGARA YANG DEMOKRATRIS SERTA BERTANGGUNG JAWAB






INPRES NO. 06/2009 TENTANG EKONOMI KREATIF
A. KONSEPSI, sebuah konsep ekonomi yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari SDM sebagai faktor produksi utama dalam kegiatannya. Hal ini karena Transformasi Struktur Perekonomian Dunia yang cepat, seiring dengan Pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis SDA, menjadi berbasis SDM.
B. KAJIAN AKADEMIK-ILMIAH,
01. ALVIN TOFFLER, 1980, membagi gelombang peradaban ekonomi, yakni pertanian, dan informasi. Diprediksikan akan muncul adalah “ekonomi kreatif” dengan berorientasi pada “ide dan gagasan kreatif”.
02. PAUL ROMER, 1993, “ide” adalah barang ekonomi yang sangat penting, adanya temuan ide-ide besar maupun ide-ide kecil-lah yang membuat ekonomi tetap tumbuh. Ide adalah instruksi yang mengkombinasikan sumber daya fisik menjadi lebih bernilai. Suatu negara mejadi miskin karena masyarakatnya tidak mempunyai akses pada ide yang digunakan untuk menghasilkan nilai ekonomi.
03. HOWKINS, 2001, dalam bukunya “The Creative Economy”, gelombang ekonomi kreatif pertama kali pada tahun 1996, yakni ekspor karya hak cipta Amerika Serikat yang mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar. Jauh di atas ekspor sektor lain, seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain.
04. Dos Santos, Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.



PENDIDIKAN WIRAUSAHA SEJAK SD
Disampaikan Presiden SBY dalam Acara National Summit, 2009

Presiden memerintahkan Mendiknas mengubah sistem pendidikan nasional, yang dinilainya hanya menitikberatkan orientasi pada sisi keilmuan dan porsi pendidikan kewirausahaan sangat kurang.
A. ARAHAN, Agar dibuat seaktif mungkin, caranya siswa tidak hanya mengejar penilaian rapor, pasif, dan miskin inovasi, tetapi didorong menciptakan lapangan kerja, bukan mencari kerja. Harus dicari solusi agar siswa kreatif mengembangkan sistem kewirausahaan, ubah metodologi
B. PENYEBAB, Jumlah entrepreneur di Indonesia, jauh tertinggal dibandingkan negara lain, Amerika Serikat, 17% dari jumlah penduduk dan Singapura 7% dan Indonesia, < 1 % dari jumlah penduduk.
C. STRATEGI, Pendidikan Kewirausahaan sejak dini di jenjang pendidikan, mulai SD sampai pendidikan tinggi.
D. KONSEKWENSI, 2010-2014, menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp100 triliun, alokasi KUR mencapai Rp20 triliun/tahun. Sekitar Rp2 triliun APBN, dan sisanya akan berasal dari perbankan nasional.

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN HARUS DIAJARKAN HOLISTIK
Wamendiknas: Acara Peluncuran Studi-Studi Pendidikan Kewirausahaan pada Jenjang Dikdasmen dan Tinggi, 2010

A. Insentif bagi Siswa dan Guru bagi yang terlibat dalam kegiatan wirausaha baik pada waktu jam pelajaran, praktek kerja lapangan, maupun mandiri. Contoh, siswa SMK dapat terlibat dengan menumpangkan modal dan memiliki peran pada usaha, dilibatkan dalam acara sebagai event organizer, kontraktor makanan, atau berjualan di bazar. Juga didorong untuk berusaha kecil-kecilan, walaupun hasil langsung diperoleh belum tentu ada dan modal yang diberikan pun dapat habis.
B. Puslitjaknov Balitbang, Kemendiknas :
01. Studi tentang Pendidikan Kewirausahaan Dikdasmen :
a) Titik berat, nuansa pengenalan dan pemahaman siswa tentang kewirausahaan.
b) Lingkup, meliputi materi pendidikan, strategi pembelajaran, karakteristik masukan instrumental (guru, sarana, lingkungan pembelajaran), kerja sama dunia usaha dan sekolah, pengelolaan, serta sosialisasi.
c) Tujuan, menyusun usulan kebijakan tentang pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di dikdasmen
d) Studi kebijakan pendidikan kewirausahaan pada pendidikan tinggi yang telah dilaksanakan secara nasional sejak 1997. Dia menyebutkan, ada enam bentuk program yakni, kuliah kewirausahaan, kuliah kerja usaha, magang kewirausahaan, inkubator wirausaha baru, konsultasi bisnis dan penempatan kerja, serta sinergi bisnis-intelektual- pemerintah.
REFERENSI

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN VERSI CIPUTRA

A. PEMAHAMAN :
01. Entrepreneur, mereka yang punya semangat untuk kreatif, inovatif, berani mengambil risiko, serta mampu mengubah ”sampah” menjadi ”emas”."
02. Bangsa maju, banyak orang berjiwa dan bersemangat entrepreneur/kewirausahaan.
03. Silabus mengembangkan entrepreneur/kewirausahaan di sekolah-sekolah di bawah naungan Grup Ciputra, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, mulai 1997
04. Contoh menumbuhkan semangat kewirausahaan, siswa diminta untuk memberikan hadiah ulang tahun sesuatu yang tak ada di toko. Siswa akan menggali ide dan kreativitasnya sendiri.

B. LANDASAN PEMIKIRAN, semakin terbatasnya lapangan kerja. Pendidikan Entrepreneurship mengajarkan inisiatif, kreatif, yang sifatnya holistik, cara melalui sekolah :
01. Memperkaya dan mempertajam kurikulum yang sudah ada.
02. Mengajarkan entrepreneurship tidak hanya dagang, tatapi jauh lebih luas
03. Benih-benih inspirasinya mesti dimulai sejak dari kecil. Ini bisa dimulai dari mengembangkan kreativitas. Pendidikan kewirausahaan menuntut adanya kreativitas. Belajar jangan memori, tapi harus kreatif

C. GAMBARAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH,
01. Konferensi Pendidikan Entrepreneurship untuk guru-guru ke 24 di Arizona, USA Tahun 2006 dan faktanya entrepreneur muda banyak lahir di sana.
02. Struktur Pendidikan Kewirausahaan,
a. Siswa TK, mulai memikirkan “kreativitas”. Kreativitas itu anugerah yang luar biasa. Hidup itu jauh lebih mudah kalau kreatif dan karenanya kreativitas mesti terpelihara.
b. Siswa SD, anak-anak di-explor dengan beragam keunikan dan keberbakatan.
c. Siswa SMP diharapkan siswa tahu keberbakatannya, bisa masuk ke life skill.
d. Siswa SMA/SMK keberbakatan itu sudah pernah dilakukan, gabungkan dengan entreprenuership,

D. TARGET :
Lahir empat juta entrepreneur baru, tersebar dari pesisir sampai pegunungan, desa sampai kota besar, anak-anak semua kalangan dan bangsa ini akan maju.
PENDIDIKAN WIRAUSAHA TAK BISA INSTAN
(Sumber : REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA)

A. Perubahan pola pikir, terdiri dari pengembangan keterampilan dan pembekalan pengetahuan yang berkaitan dengan bisnis dan sosial harus dibentuk dalam jangka panjang. Mestinya diberikan sejak dini di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Global Entrepreunership Monitor, sepertiga pertumbuhan ekonomi dihasilkan kegiatan wirausaha. Di USA, tercipta 600-800 ribu usaha baru/tahun dengan pegawai kira-kira 2 juta orang
B. Perlu dipersiapkan SDM yang secara kreatif dapat mewujudkan penciptaan peluang.
C. Metode pembelajaran, melalui mata ajar sendiri (muatan lokal) sehingga jelas Guru yang bertanggung jawab.

KEWIRAUSAHAAN
(Sumber : MAJALAH TEMPO)

A. Negara makmur, minimal 2 % dari total penduduknya adalah pengusaha, Indonesia hanya ada 0, 18 %.
B. Pendidikan Kewirausahaan sudah seharusnya diajarkan sejak dini yaitu sejak seseorang memasuki jenjang SD, SMP, SMA/K bahkan mulai dikenalkan sejak mereka TK. Entrepreneurs aren`t only born but also made (pengusaha itu bukan bakat bawaan tapi dapat dipelajari dan diajarkan)
C. Desain program , fokus pada pengembangan jiwa dan mental kewirausahaan.

PEMAHAMAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

A. PENDAHULUAN
01. Persoalan, dalam negeri, kondisi ekonomi & pengangguran makin memprihatinkan. Luar negeri, diantaranya AFTA(Asean free Trade Area) dan ALFA(Asean Free Labour Area).
02. Solusi Dunia Pendidikan, menyiapkan SDM yang berani dan mampu menghadapi problem hidup dan kehidupan secara wajar, kreatif untuk mencari solusi, mandiri dan dilakukan sejak anak usia dini.
03. Pendidikan harus menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikululm yang dikembangkan di sekolah.
04. Peran Pendidik, “sebagai Agen Of Change” untuk menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan bagi peserta didiknya. Jiwa entrepreneur harus dimiliki Pendidik, sehingga pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inofatif, produktif, dan mandiri.

B. KADERISASI WIRAUSAHA
01. Karakter Jiwa Kewirausahaan terbentuk melalui proses panjang, sejak anak usia dini, meliputi:
a. Pengenalan terhadap diri sendiri (Self Awareness)
b. Kreatif
c. Mampu berpikir kritis
d. Mampu memecahkan permasalahan (Problem Solving)
e. Dapat berkomunikasi
f. Mampu membawa diri diberbagai lingkungan
g. Menghargai waktu (Time Orientation)
h. Empati
i. Mau berbagi dengan orang lain
j. Mampu mengatasi stress
k. Bisa mengendalikan emosi
l. Mampu membuat keputusan
02. Pendidik berperan menyupervisi, memberi contoh, memotivasi/apresiasi dan mengevaluasi anak
03. David Mc. Celland, negara makmur, minimal 2% entrepreneur dari jumlah penduduk. Jadi, yang harus dilakukan adalah membangun jiwa yang mandiri dan menanamkan semangat hidup berwirausaha.
04. Belajar kewirausahaan sejak SD untuk mengenal berbagai jenis kewirausahaan, sebagai alternatif menghadapi masa depan. Hal ini untuk menghentikan pendidikan yang masih bertipe birokrasi

C. MENEMUKENALI WIRAUSAHA
01. Wirausaha, mendirikan/menciptakan, mengelola, mengembangkan, melembagakan usaha.
02. Mc. Clallend, karakter pokok wirausahawan, antara lain:
a. Dorongan berprestasi, agar berhasil memiliki kegiatan besar untuk mencapai suatu prestasi.
b. Bekerja keras, demi mencapai sasaran yang ingin diciptakannya.
c. Memperhatikan kualitas, menangani dan mengawasi sendiri bisnisnya sampai bisa mandiri.
d. Bertanggung jawab atas usahanya baik secara moral, legal maupun mental.
e. Berorientasi pada imbalan, berprestasi, kerja keras dan bertanggung jawab dengan target imbalan yang sepadan dengan usahanya, juga pengakuan dan penghormatan.
f. Optimis, dengan doktrin bahwa semua waktu baik untuk berbisnis dan segala sesuatu itu bisa.
g. Berorientasi pada hasil karya yang baik, mencapai sukses yang menonjol dan prima (first class).
h. Mampu mengorganisasikan, memadukan bagian-bagian dari usahanya dalam upaya mencapai hasil maksimal bagi usahanya, mereka umumnya diakui sebagai komandan yang berhasil.
i. Orientasi uang, tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi/usaha, tetapi sebagai ukuran prestasi
03. Ada 10 karakter kunci sukses dalam menjalankan usahanya, yaitu:
a. Berpikir sukses, perlu bermimpi karena kesuksesan dimulai dengan impian besar
b. Memiliki hasrat, memulai bisnis untuk merubah sebagian atau seluruh hidup.
c. Fokus pada kelebihan, yakni mampu menggabungkan upaya yang dikuasai dengan baik.
d. Pantang berpikir gagal, miliki keyakinan yang kuat atas ide dan kemampuan sendiri.
e. Miliki visi yang dapat dicapai, miliki tujuan kongkrit sebagai batu loncatan untuk visi, rencanakan tindakan. Mampu untuk menetapkan sasaran dan membuat perencanaan.
f. Brain Tracy, pengusaha sukses bekerja > 60 jam dalam seminggu di awal bisnis. Kerja keras akan mudah jika memiliki visi, sasaran yang jelas, dan hasrat pada sesuatu yang dikerjakan.
g. Terus memperluas jaringan, bisnis selalu memerlukan bantuan. Keterampilan networking yang bagus dan selalu jeli melihat peluang yang ditawarkan.
h. Harus banyak belajar, mau bertanya, ingin tahu, tertarik dan membuka pengetahuan baru, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan menjalankan bisnis.
i. Memiliki ketangguhan dan keyakinan, jalan menuju sukses itu tidak mudah, perlu intensitas dan kerja keras, terkadang gagal. Bangkrut, mereka bangkit “ketanguhan tidak dapat dihentikan”.
j. Thomas Huxley, ”Lakukan apa yang harus, suka atau tidak”, Disiplin diri adalah kunci sukses, melakukan apa yang tidak disukai orang lain, menempuh perjalanan panjang, bertarung dan menang

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEJAK SD BAHKAN TK
A. Enterpreuner pasti pengusaha, pengusaha belum enterpreuner. Pengusaha bisa karena warisan, pemberian, atau fasilitas khusus. Enterpreuner dia memulainya dari ”nol”, modal tekad, ketekunan, kreatifitas, inovasi dan daya juang yang tinggi akhirnya lahir seorang enterpreuner sejati. Enterpreuner sejati inilah yang akhirnya mampu menolong banyak orang lewat usaha.

B. Pilihan Pendidikan Kewirausahaan di sekolah ?
01. Kejadian masa depan bertolak dari saat ini, kalau sejak kini dilakukan maka akan muncul enterpreuner.
02. Saat ini semakin kekurangan penciptaan lapangan pekerjaan.
03. Indonesia bukan satu-satunya negara tujuan investasi Internasional dan 2015 Uni Asean dan 2025 AFTA, yang akan mengakibatkan banyak perusahaan2 asing, tenaga2 asing masuk ke Indonesia
04. Nicolas Negroponte, 2007, “One Child One Laptop”, tahun 2020 banyak orang jadi atasan dirinya sendiri
05. Sekolah memiliki jejaring terluas yang sangat dipercaya oleh masyarakat. Masyarakat sudah memiliki persepsi bahwa sekolah adalah paspor masa depan yang lebih baik.





ALTERNATIF MENYIKAPI & MENINDAKLANJUTI
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH

01. Mendalami kondisi obyektif (daya potensi, masalah dan kebutuhan) internal sekolah baik secara fisik maupun non fisik
02. Mencermati kondisi obyektif Komunitas Pendidikan internal (siswa, guru, tenaga pendidikan, komite sekolah dan mitra)
03. Mencari dan menetapkan jenis usaha yang potensial (hasil, dampak, implikasi positif tertinggi dan resiko kegagalan terendah)
04. Menciptakan kreasi jaringan kemitraan hulu hilir (dari mencari, memilih, membuat role play dsb)
05. Membuat design program PK
06. Menyelenggarakan PK
07. Mengendalikan dan mengembangkan jaringan kemitraan
08. Mengevaluasi dan menyusun tindak lanjut program

No comments:

Post a Comment